Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya. Contoh kasus adalah :
Meski Tersangka, Dul Tak Akan Ditahan
Meski Dul telah ditetapkan sebagai
tersangka dalam kasus tersebut dan dijerat Pasal 310 UU Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara,
polisi memutuskan tidak akan menahan Dul.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes
Rikwanto menjelaskan, tidak dilakukannya penahanan kepada Dul karena yang
bersangkutan dan pihak keluarga sangat kooperatif dan mengikuti prosedur yang
berlaku. Selain itu, Dul juga masih memerlukan perawatan rutin di rumah sakit
akibat kecelakaan yang dialaminya.
"Karenanya, memang tidak kita
lakukan penahanan kepada AQJ karena itu tidak diperlukan," kata Rikwanto
di Mapolda Metro Jaya, Jumat (25/10/2013).
Selain itu, menurut Rikwanto,
pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak penyidik juga sudah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Dul diperiksa oleh penyidik di rumahnya,
didampingi Bapas, kuasa hukum, dan orangtuanya.
"Dan kondisi pemeriksaan dalam
situasi yang rileks, kondusif, santai, penuh canda," kata Rikwanto.
Saat itu, Dul menjawab 21 pertanyaan
penyidik dengan baik. Setelah melakukan pemeriksaan kepada Dul, kata Rikwanto,
pihaknya masih akan meminta saran dari ahli pidana untuk kasus ini dan
menentukan langkah ke depan atas kasus ini.
"Rencananya minggu depan. Kita
konfirmasi ke lembaga universitas tertentu dan mereka yang menentukan ahli
pidananya," katanya. Setelah itu, kata Rikwanto, pihaknya akan melakukan
gelar perkara untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya. "Apakah
dibutuhkan pemeriksaan lagi, saksi lainnya, atau berkas rampung dan siap
dikirim ke kejaksaan," katanya.
Penyebab terjadinya kenakalan remaja :
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa
disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar
(eksternal).
- Faktor internal:
- Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
- Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
- Faktor eksternal:
- Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
- Teman sebaya yang kurang baik
- Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja:
- Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
- Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Analisa :
Dari hal ini banyak pelajaran dan pengalaman yang
didapat, untuk berbagai kalangan contohnya keluarga, lingkungan rumah,
lingkungan sekolah dan lain-lain.
AQJ sendiri adalah anak remaja dengan usia dibawah
umur yang sudah dapat mengendarai mobil sendiri. Dan AQJ sendiri juga belum
mempunyai SIM. AQJ ini membawa kendaraan pada malam hari hingga kecepatannya
melebihi dari 80 KM. Sehingga mobil yang dikendarainya melaju dengan cepat dan
AQJ pun tidak dapat mengendalikan kendaraannya sehingga mobil yang dibawanya menabrak
pembatas jalan dan menabrak mobil di lintasan sebrangnya. Dan terjadilah
kecelakaan, korban tewas ditempat dan luka-luka pun berjatuhan termasuk AQJ pun
terluka parah.
Tentunya banyak pertanyaan : Kenapa hal ini bisa
terjadi? Banyak faktor tentunya untuk menjawab pertanyaan itu dalam kasus ini.
1. Faktor
keluarga.
Kita tau AQJ adalah
anak dari publik figure dari pasangan Achmad Dhani dan Maia Estianty. Orang tua
AQJ sudah berpisah cukup lama. Walau kebutuhan sehari-hari terpenuhi tetapi AQJ
yang seorang remaja yang perlu pantauan khusus karena anak remaja yang ingin
menentukan jati dirinya. Karena perceraian orang tuanya sehingga pantauan khusus
itu jadi terhalang untuk anak remaja.
2. Faktor
sekolah.
Selain keluarga,
kegiatan disekolah juga mempengaruhi karena sekolah harusnya bisa/menyediakan
pendidikan untuk kepribadian siswa siswinya.
3. Faktor lingkungan dan pergaulan.
Faktor ini juga sangat
berpengaruh karena dari lingkungan pergaulan juga membentuk seorang anak remaja
melalui proses pendewasaan. Dalam kasus ini kita dapat melihat anak-anak remaja
sedang trend menampilkan foto-foto kemampuannya dalam mengendari kendaraan
hingga kecepatan tinggi, lalu meng-upload-nya ke media sosial mereka. Mungkin mereka
mempunyai kebanggaan sendiri dari hal-hal tersebut.
4. Faktor pemerintah.
Seharusnya pemerintah
juga berpengaruh karena kenapa AQJ bisa mengendarai kendaraan hingga bisa masuk
ke dalam jalur tol. Seharusnya kalau seorang penjaga tol melihat sekiranya anak
remaja masuk ke jalur tol pada saat mengambil tiket tol, bisa menegur dan tidak
memperbolehkannya masuk.
Kasus ini menimbulkan hal yang serius karena AQJ
harus bertanggung jawab atas korban luka-luka dan tewas. Baik bertanggung jawab
atas hokum dan beban biaya untuk keluarganya.
Kesimpulan :
Dari contoh kasus ini, sorang anak remaja yang rasa
ingin tahu nya yang tinggi dan ia mencari jati dirinya dalam proses pendewasaan
dirinya, seharusnya perlu dampingan khusus dan diberi arahan. Mana hal-hal yang
baik dilakukan dan mana hal yang tidak baik untuk dilakukan dan juga perlu
dikasih tahu apa akibatnya dan gimana solusinya.
Sumber :