Masa remaja adalah masa dimana seorang manusia mengalami
transisi dari anak-anak menuju dewasa. Secara alamiah munculah tanda-tanda
manusia mengalami pubertas, dengan berkembangnya hormon-hormon yang ada pada
diri manusia sehingga tubuhnya mengalami perubahan-perubahan menuju manusia
dewasa. Selain itu, jiwanya juga mengalami perubahan. Rasa ingin tahu yang
sangat tinggi sehingga dirinya sering mengalami rasa untuk mencari tahu,
merasakan bahkan sampai mencoba.
Proses itu juga sebagai dasar seorang manusia untuk
mencari jati dirinya. Kenakalan-kenalan remaja juga kadang tak terhindarkan
dari poses itu. Biasanya kenakalan remaja yang sering timbul adalah seks bebas,
narkoba, dan tauran. Hal penyimpangan itu terjadi karena menyimpang dari kaidah-kaidah
agama, peraturan dan norma-norma pidana. Karena perilaku yang menyimpang itu
dapat merugikan diri sendiri dan orang-orang sekitarnya. Karena itu peranan
keluarga, lingkungan dan pergaulan sangatlah berpengaruh.
Keluarga adalah proses awal atau dasar seorang manusia
untuk bertumbuh dan berperilaku yang baik. Orang tua juga sebagai contoh awal
seorang manusia. Orang tua yang baik tentunya selalu membimbing anak-anaknya
yang baik, mengontrol apa yang baik diterima oleh anak-anaknya serta
memberitahu mana perbuatan yang tidak patut untuk dilakukan. Kemudian yang
berikutnya adalah lingkungan. Lingkungan juga sangatlah berpengaruh dalam
proses pembentukan jati diri manusia. Karena manusia juga adalah makhluk
sosial, yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain yang bisa diajak untuk
berkomunikasi, bekerjasama yang saling memahami dan saling membantu.
Sifat dan tindakan yang dilakukan seorang manusia
tergantung apa yang didapat dari pergaulan sehari-harinya. Dalam lingkungan
sekolah/pendidikan formal manusia diajarakan. Kenakalan remaja pun tak
terhindarkan karena di lingkungan sekolah mereka berkumpul dalam teman-teman
sebayanya. Tentu juga mereka sedang mengalami proses yang sama, yaitu proses
mencari jati diri. Makanya sering timbul kenakalan remaja.
Sebagai
contoh kasus kenakalan remaja:
Tragedi penyiraman air
keras ke penumpang bus PPD 213 jurusan Kampung Melayu-Grogol.
Ridwan
Nur alias Tompel begitu berani menyiram air keras ke bus PPD 213 jurusan
Kampung Melayu-Grogol, sehingga melukai 13 orang. Aksi nekat Tompel itu
sebenarnya disebabkan oleh berbagai faktor.
Pelajar
kelas XII SMK I DKI atau biasa dikenal STM Boedoet itu kerap kali terlibat
tawuran dengan pelajar lain. Selain itu, Tompel juga punya pengalaman buruk
disiram air keras oleh pelajar lain. Kejadian itu rupanya membekas di hati
Tompel. Bekas luka di kepala atau pitak membuatnya menyimpan dendam kesumat.
Ditambah lagi minimnya pengawasan dari keluarga membuat Tompel semakin menjadi.
Berikut beberapa penyebab Tompel berbuat aksi nekat:
1. Punya pitak di kepala
Aksi
nekat RN (18) alias Tompel menyiram air keras rupanya bukan tanpa sebab. Tompel
pernah disiram air keras enam bulan lalu yang menyebabkan luka di kepala dan
lehernya.
"Ini dendam lama yang pernah dialami Tompel," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, di kantornya, selasa (8/10).
"Ini dendam lama yang pernah dialami Tompel," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, di kantornya, selasa (8/10).
Rikwanto
menjelaskan, enam bulan lalu Tompel pernah disiram air keras yang menyebabkan
luka di bagian kepala dan lehernya. "Dalam situasi tertentu pernah disiram
air keras sehingga ada pitak di kepalanya dan luka di leher. Kondisi ini
membuatnya ingin membalas aksi tersebut," terang Rikwanto.
Dalam
melancarkan aksi balas dendamnya, tutur Rikwanto, Tompel tidak sendirian.
"Pagi harinya sekitar jam 06.00 WIB lebih, rekan Tompel yang berperan
sebagai survei di lapangan melakukan survei terlebih dahulu. Bus dengan jurusan
tertentu lalu ditumpangi anak sekolah tertentu," terang Rikwanto.
2. Keluarga rapuh buat Tompel frustasi
Ketua
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait
berpendapat, perbuatan RN (18) alias Tompel harus dilihat secara komprehensif.
Menurut dia, tindakan tersebut bisa dimungkinkan karena Tompel berangkat dari keluarga
yang kurang harmonis.
"Harus
lihat latar belakang anaknya, karena dari keluarga rapuh, mengimplementasikan
frustrasi beratnya yang disalurkan dari perbuatan-perbuatan yang dengan mencari
masukan-masukan dari kawannya. Tapi justru mengarahkan ke arah yang salah, ini
bentuk frustasi dari lingkungan keluarga, sosial, berasal dari keluarga, terus
sekolah," ujar Arist saat dihubungi, Jakarta, Selasa (8/10).
Arist
menjelaskan, kenakalan remaja yang biasa dilakukan secara umum yaitu
menggunakan senjata tajam, kayu atau batu-batuan. Karena terkait juga dengan
pengawasan, kenakalan remaja merambah dan mengakali dengan barang lain seperti
soda api atau air keras.
"Jadi
orangtua lingkungan sosial harus menjadi benteng. Tapi ini harus dimengerti
dari energi remaja, maka perlu ada kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan yang
menyalurkan energi anak-anak," tandasnya.
3. Tompel doyan tawuran
RN
(18) alias Tompel, ternyata sudah dua kali berurusan dengan polisi. Siswa kelas
XII SMK 1, Budi Utomo, Jakarta Pusat, bahkan pernah mendekam di sel Polsek
Matraman dan Polsek Taman Sari karena terlibat tawuran antarpelajar.
Kepala
Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Metro Jakarta Timur, AKBP M Shaleh
mengatakan, berdasarkan catatan kriminal yang dimiliki kepolisian, penahanan
Tompel kala itu hanya beberapa hari dan kemudian dibebaskan karena statusnya
masih di bawah umur.
"Kasus
pertama tawuran ditahan di Mapolsek Matraman, yang kedua di Mapolsek Taman Sari
karena membajak bus. Tidak sampai diproses lebih lanjut, tapi sempat menginap
(ditahan)" kata Shaleh, saat dihubungi merdeka.com, Senin (7/10).
4. Didikan sesat senior
Tompel
berani tawuran dan membajak bus karena diperintah oleh kakak kelasnya (senior).
Nyali Tompel semakin menjadi ketika menjadi korban penyiram air keras. Sejak
itu itu menyimpan dendam.
"Yang
pertama kali tawuran di Matraman. Jadi ceritanya waktu itu disuruh sama senior
untuk ikut tawuran karena saya masih kelas 1 waktu itu sama anak-anak semua di
dalam bus. Belum sempat ngapa-ngapain, dirazia polisi, baru turun semua,
langsung ditangkap. Saya tapi gak bawa apa-apaan," kata Tompel, yang
mengenakan baju tahanan itu, Senin (7/10).
Saat
naik ke kelas 2, Tompel kembali ditangkap polisi Taman Sari karena kasus
pembajakan bus? di kawasan Kota, Jakarta Barat. Lagi-lagi Tompel mengaku
melakukan hal itu karena disuruh oleh seniornya.
"Waktu
kelas 2 saya diajakin sama anak kelas 3 ngebajak bis di Taman Sari, waktu itu
katanya anak kelas 3 ada yang dipalak anak sekolah lain, katanya solidaritas,
jadi harus ikut semua," ungkapnya.
Kesimpulan:
Dari
kasus tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa disekolah mereka selain ada
pendidikan formal tentunya ditambah pendidikan yang mengajarkan manusia untuk
bermasyarakat yang baik. Orang tua juga harus sering memantau anak-anaknya apa
yang mereka lakukan, menasehatinya dengan baik, dan menegor kalau ada
perbuatan-perbuatan yang mulai menyimpang. Juga pemerintah juga dengan tegas
agar barang-barang berbahaya seperti air keras itu tidak bebas beredar
dimasyarakat.
Apabila
kasus-kasus itu telah terjadi, maka si pelaku memang nantinya mendapat hukuman
atas perbuatan mereka. Tapi mereka juga seharusnya mendapat penyuluhan agar
kejadian itu tidak terjadi lagi. Juga diberikan kegiatan-kegiatan positif serta
juga dari segi spikologis mereka biar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
dikemudian hidupnya nanti. Walaupun sangsi pidana telah didapat, sangsi sosial
pun akan timbul dalam bermasyarakat.
Untuk
korban juga perlu diberikan penyuluhan dari segi spikologisnya. Sebagai korban
agar tidak menimbulkan rasa dendam sehingga mereka dapat melakukan tindakan
seperti itu lagi ke orang lain atau ke orang yang melakukan tindakan ke
dirinya.
Kenakalan remaja adalah suatu dampak negatif
dari proses alamiah seorang manusia. Proses dimana seorang manusia membentuk
jatidiri mereka agar dihargai/diakui oleh masyarakat. Keluarga adalah
pendidikan dasarnya manusia, sekolah adalah pendidikan formal yang diterima
oleh manusia, pergaulan adalah pendidikan informal yang diterima seorang
manusia dimasyarakat, pendidikan agama adalah sebagai filter dari diri manusia
sendiri. Karena iman dan akhlak manusia dapat membentuk hati nurani seorang
manusia dan menentukan sifat-sifat yang baik dilakukan dirinya dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar