Jumat, 25 Oktober 2013

Kenakalan Remaja



            Masa remaja adalah masa dimana seorang manusia mengalami transisi dari anak-anak menuju dewasa. Secara alamiah munculah tanda-tanda manusia mengalami pubertas, dengan berkembangnya hormon-hormon yang ada pada diri manusia sehingga tubuhnya mengalami perubahan-perubahan menuju manusia dewasa. Selain itu, jiwanya juga mengalami perubahan. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga dirinya sering mengalami rasa untuk mencari tahu, merasakan bahkan sampai mencoba.

            Proses itu juga sebagai dasar seorang manusia untuk mencari jati dirinya. Kenakalan-kenalan remaja juga kadang tak terhindarkan dari poses itu. Biasanya kenakalan remaja yang sering timbul adalah seks bebas, narkoba, dan tauran. Hal penyimpangan itu terjadi karena menyimpang dari kaidah-kaidah agama, peraturan dan norma-norma pidana. Karena perilaku yang menyimpang itu dapat merugikan diri sendiri dan orang-orang sekitarnya. Karena itu peranan keluarga, lingkungan dan pergaulan sangatlah berpengaruh.

            Keluarga adalah proses awal atau dasar seorang manusia untuk bertumbuh dan berperilaku yang baik. Orang tua juga sebagai contoh awal seorang manusia. Orang tua yang baik tentunya selalu membimbing anak-anaknya yang baik, mengontrol apa yang baik diterima oleh anak-anaknya serta memberitahu mana perbuatan yang tidak patut untuk dilakukan. Kemudian yang berikutnya adalah lingkungan. Lingkungan juga sangatlah berpengaruh dalam proses pembentukan jati diri manusia. Karena manusia juga adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain yang bisa diajak untuk berkomunikasi, bekerjasama yang saling memahami dan saling membantu.

            Sifat dan tindakan yang dilakukan seorang manusia tergantung apa yang didapat dari pergaulan sehari-harinya. Dalam lingkungan sekolah/pendidikan formal manusia diajarakan. Kenakalan remaja pun tak terhindarkan karena di lingkungan sekolah mereka berkumpul dalam teman-teman sebayanya. Tentu juga mereka sedang mengalami proses yang sama, yaitu proses mencari jati diri. Makanya sering timbul kenakalan remaja.

Sebagai contoh kasus kenakalan remaja:
 
Tragedi penyiraman air keras ke penumpang bus PPD 213 jurusan Kampung Melayu-Grogol.

Ridwan Nur alias Tompel begitu berani menyiram air keras ke bus PPD 213 jurusan Kampung Melayu-Grogol, sehingga melukai 13 orang. Aksi nekat Tompel itu sebenarnya disebabkan oleh berbagai faktor.

Pelajar kelas XII SMK I DKI atau biasa dikenal STM Boedoet itu kerap kali terlibat tawuran dengan pelajar lain. Selain itu, Tompel juga punya pengalaman buruk disiram air keras oleh pelajar lain. Kejadian itu rupanya membekas di hati Tompel. Bekas luka di kepala atau pitak membuatnya menyimpan dendam kesumat. Ditambah lagi minimnya pengawasan dari keluarga membuat Tompel semakin menjadi.


Berikut beberapa penyebab Tompel berbuat aksi nekat:

1. Punya pitak di kepala
Aksi nekat RN (18) alias Tompel menyiram air keras rupanya bukan tanpa sebab. Tompel pernah disiram air keras enam bulan lalu yang menyebabkan luka di kepala dan lehernya.

"Ini dendam lama yang pernah dialami Tompel," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, di kantornya, selasa (8/10).

Rikwanto menjelaskan, enam bulan lalu Tompel pernah disiram air keras yang menyebabkan luka di bagian kepala dan lehernya. "Dalam situasi tertentu pernah disiram air keras sehingga ada pitak di kepalanya dan luka di leher. Kondisi ini membuatnya ingin membalas aksi tersebut," terang Rikwanto.

Dalam melancarkan aksi balas dendamnya, tutur Rikwanto, Tompel tidak sendirian. "Pagi harinya sekitar jam 06.00 WIB lebih, rekan Tompel yang berperan sebagai survei di lapangan melakukan survei terlebih dahulu. Bus dengan jurusan tertentu lalu ditumpangi anak sekolah tertentu," terang Rikwanto.

2. Keluarga rapuh buat Tompel frustasi
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait berpendapat, perbuatan RN (18) alias Tompel harus dilihat secara komprehensif. Menurut dia, tindakan tersebut bisa dimungkinkan karena Tompel berangkat dari keluarga yang kurang harmonis.

"Harus lihat latar belakang anaknya, karena dari keluarga rapuh, mengimplementasikan frustrasi beratnya yang disalurkan dari perbuatan-perbuatan yang dengan mencari masukan-masukan dari kawannya. Tapi justru mengarahkan ke arah yang salah, ini bentuk frustasi dari lingkungan keluarga, sosial, berasal dari keluarga, terus sekolah," ujar Arist saat dihubungi, Jakarta, Selasa (8/10).

Arist menjelaskan, kenakalan remaja yang biasa dilakukan secara umum yaitu menggunakan senjata tajam, kayu atau batu-batuan. Karena terkait juga dengan pengawasan, kenakalan remaja merambah dan mengakali dengan barang lain seperti soda api atau air keras.

"Jadi orangtua lingkungan sosial harus menjadi benteng. Tapi ini harus dimengerti dari energi remaja, maka perlu ada kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan yang menyalurkan energi anak-anak," tandasnya.

3. Tompel doyan tawuran
RN (18) alias Tompel, ternyata sudah dua kali berurusan dengan polisi. Siswa kelas XII SMK 1, Budi Utomo, Jakarta Pusat, bahkan pernah mendekam di sel Polsek Matraman dan Polsek Taman Sari karena terlibat tawuran antarpelajar.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Metro Jakarta Timur, AKBP M Shaleh mengatakan, berdasarkan catatan kriminal yang dimiliki kepolisian, penahanan Tompel kala itu hanya beberapa hari dan kemudian dibebaskan karena statusnya masih di bawah umur.

"Kasus pertama tawuran ditahan di Mapolsek Matraman, yang kedua di Mapolsek Taman Sari karena membajak bus. Tidak sampai diproses lebih lanjut, tapi sempat menginap (ditahan)" kata Shaleh, saat dihubungi merdeka.com, Senin (7/10).

4. Didikan sesat senior
Tompel berani tawuran dan membajak bus karena diperintah oleh kakak kelasnya (senior). Nyali Tompel semakin menjadi ketika menjadi korban penyiram air keras. Sejak itu itu menyimpan dendam.

"Yang pertama kali tawuran di Matraman. Jadi ceritanya waktu itu disuruh sama senior untuk ikut tawuran karena saya masih kelas 1 waktu itu sama anak-anak semua di dalam bus. Belum sempat ngapa-ngapain, dirazia polisi, baru turun semua, langsung ditangkap. Saya tapi gak bawa apa-apaan," kata Tompel, yang mengenakan baju tahanan itu, Senin (7/10).

Saat naik ke kelas 2, Tompel kembali ditangkap polisi Taman Sari karena kasus pembajakan bus? di kawasan Kota, Jakarta Barat. Lagi-lagi Tompel mengaku melakukan hal itu karena disuruh oleh seniornya.

"Waktu kelas 2 saya diajakin sama anak kelas 3 ngebajak bis di Taman Sari, waktu itu katanya anak kelas 3 ada yang dipalak anak sekolah lain, katanya solidaritas, jadi harus ikut semua," ungkapnya.



Kesimpulan:

Dari kasus tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa disekolah mereka selain ada pendidikan formal tentunya ditambah pendidikan yang mengajarkan manusia untuk bermasyarakat yang baik. Orang tua juga harus sering memantau anak-anaknya apa yang mereka lakukan, menasehatinya dengan baik, dan menegor kalau ada perbuatan-perbuatan yang mulai menyimpang. Juga pemerintah juga dengan tegas agar barang-barang berbahaya seperti air keras itu tidak bebas beredar dimasyarakat.

Apabila kasus-kasus itu telah terjadi, maka si pelaku memang nantinya mendapat hukuman atas perbuatan mereka. Tapi mereka juga seharusnya mendapat penyuluhan agar kejadian itu tidak terjadi lagi. Juga diberikan kegiatan-kegiatan positif serta juga dari segi spikologis mereka biar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dikemudian hidupnya nanti. Walaupun sangsi pidana telah didapat, sangsi sosial pun akan timbul dalam bermasyarakat.

Untuk korban juga perlu diberikan penyuluhan dari segi spikologisnya. Sebagai korban agar tidak menimbulkan rasa dendam sehingga mereka dapat melakukan tindakan seperti itu lagi ke orang lain atau ke orang yang melakukan tindakan ke dirinya.

Kenakalan remaja adalah suatu dampak negatif dari proses alamiah seorang manusia. Proses dimana seorang manusia membentuk jatidiri mereka agar dihargai/diakui oleh masyarakat. Keluarga adalah pendidikan dasarnya manusia, sekolah adalah pendidikan formal yang diterima oleh manusia, pergaulan adalah pendidikan informal yang diterima seorang manusia dimasyarakat, pendidikan agama adalah sebagai filter dari diri manusia sendiri. Karena iman dan akhlak manusia dapat membentuk hati nurani seorang manusia dan menentukan sifat-sifat yang baik dilakukan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar