PENDAHULUAN
BAB I
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi sosial yang dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara lain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Sistim Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting – bahkan bisa dikatakan mutlak – untuk operasional rumah sakit.
Berbagai pengalaman rumah sakit yang menggunakan sistim administrasi konvensional menunjukan banyaknya kehilangan kesempatan memperoleh laba akibat dari lemahnya koordinasi antar departemen maupun kurangnya dukungan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi.
2
B. Tujuan
Dalam sistim informasi manajemen rumah sakit ini, fungsi dari bagian perawatan lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan pemberian potongan menjadi wewenang direksi.
Para tenaga medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Tindakan perawatan langsung dicatat pada komputer yang terintegrasi dengan bagian keuangan sehingga menutup kemungkinan terjadinya manipulasi data disaat pasien akan membayar biaya perawatan. Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun subsidi perawatan pada dasarnya adalah pengurangan keuntungan rumah sakit dan hal ini adalah wewenang direksi yang melalui sistim informasi ini dapat secara cepat mengetahui posisi keuangan rumah sakit.
3
BAB II
Landasan Teori
Pada sistim administrasi konvensional, pencatatan pendapatan perawatan dibuat pada saat pasien akan membayar tagihannya atau pada saat pasien akan keluar dari rumah sakit, bukan pada saat tindakan perawatan dilakukan. Pencatatan tersebut dilakukan oleh masing-masing bangsal/ruangan yang memungkinkan adanya unsur subyektifitas dimana seorang kepala ruangan berwenang untuk mengestimasi sendiri tingkat kemampuan pasien dan berapa tindakan perawatan ataupun obat-obatan yang tidak ditagihkan ke pasien. Kondisi pemberian potongan di masing-masing ruangan ini jelas akan menimbulkan akibat yang kurang baik, dimana pendapatan rumah sakit menjadi berkurang dan insentif untuk jasa medis dipotong secara sepihak yang pada akhirnya akan menimbulkan standar ganda perawatan.
Pengertian Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dimulai sejak tahun 1952 dan di revisi pertama kali pada tanggal 01 Januari 1973. Sistem ini berlaku untuk semua Rumah Sakit baik yang dikelola pemerintah seperti Departemen Kesehatan RI (Depkes RI), Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI, Polri dan Departemen lainnya termasuk Badan Usaha Milik Negara serta Rumah Sakit yang dikelola sektor Swasta, seperti Yayasan Sosial, Organisasi Keagamaan, Badan Usaha dan lain sebagainya.
Sistem ini berlaku bagi semua jenis/kategori Rumah Sakit seperti Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Rumah Sakit Tuberkulosa Paru, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Orthopedi dan Prothese, Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Sakit Khusus Lainnya.
Sistem ini telah dikaji ulang kembali agar dapat menunjang pemanfaatan data yang optimal serta mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan juga
4
agar dapat mengantisipasi peningkatan kebutuhan data pada era globalisasi. Sistem ini diharapkan mampu menunjang indikator atau parameter yang handal untuk mendorong keberhasilan Pembangunan Kesehatan di Indonesia, khususnya bagi Rumah Sakit di Indonesia dalam mengukur mutu penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar yang berlaku, sehingga pada gilirannya dapat diupayakan aplikasi yang relevan sesuai dengan hasil penyajian atau keluaran dari Sistem Informasi Rumah Sakit.
Formulir Standar
Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui Sistem Informasi Rumah Sakit, digunakan formulir standar sebagai berikut :
RL1 - Data Kegiatan Rumah Sakit
RL2a - Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap
RL2b - Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan
RL2a1 - Data Keadaan Penyakit Khusus Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
RL2b1 - Data Keadaan Penyakit Khusus Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit
RL2c - Data Status Imunisasi
RL3 - Data Dasar Rumah sakit
RL4 - Data Ketenagaan Rumah Sakit
RL5 - Data Peralatan Medik Rumah Sakit dan Data Kegiatan Kesehatan Lingkungan.
RL6 - Data Infeksi Nosokomial.
1. Formulir RL1 merupakan formulir rekapitulasi laporan yang mencakup berbagai kegiatan Rumah Sakit seperti rawat inap, pengunjung rumah sakit, kunjungan rawat jalan, kegiatan kebidanan dan perinatologi, kegiatan pembedahan (menurut golongan dan spesialisasi), kesehatan jiwa, pelayanan rawat darurat, kunjungan rumah, kegiatan radiologi, (radiodiagnostik, radiotherapi, kedokteran nuklir, imaging pencitraan), kegiatan pelayanan khusus, pemeriksaan laboratorium (patologi klinik, patoligi anatomi, toksikologi), kegiatan farmasi rumah sakit (pengadaan obat, penulisan dan pelayanan resep), pelayanan rehabilitasi medik, kegiatan keluarga
5
berencana, kegiatan penyuluhan kesehatan, kegiatan kesehatan gigi dan mulut, pemantauan dokter & tenaga asing lainnya, transfusi darah, latihan/kursus/penataran, pembedahan mata, penanganan penyalahgunaan NAPZA, kegiatan bayi tabung, cara pembayaran dan kegiatan rujukan.
2. Formulir RL2a memuat data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap yang dikelompokkan menurut Daftar Tabulasi Dasar KIP/10. Untuk masing-masing kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah Pasien Keluar menurut golongan umur dan menurut jenis kelamin, serta jumlah pasien mati untuk masing-masing kelompok penyakit.
3. Formulir RL2b memuat data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan yang dikelompokan menurut Daftar Tabulasi Dasar KIP/10. Untuk masing-masing kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah kasus baru menurut golongan umur dan menurut jenis kelamin dari kasus baru tersebut dan jumlah kunjungan.
4. Formulir RL2a1 memuat data keadaan morbiditas survailans terpadu pasien rawat inap rumah sakit.
5. Formulir RL2b1 memuat data keadaan morbiditas survailans terpadu pasien rawat jalan rumah sakit.
6. Formulir RL2c memuat data status immunisasi sebagai lampiran dari formulir RL2a
7. Formulir RL3 memuat data identitas Rumah Sakit, Nama Rumah Sakit, Alamat Rumah Sakit, Kelas Rumah Sakit, Surat Izin, Penyelenggara, Direktur Rumah Sakit, Fasilitas Tempat Tidur, Fasilitas Rawat Jalan.
8. Formulir RL4 memuat data jumlah tenaga yang bekerja di Rumah Sakit menurut kualifikasi pendidikan dan status kepegawaian.
6
9. Formulir RL5 memuat data jumlah dan jenis peralatan medik, jumlah, umur, kondisi, ijin operasional, sertifikat kalibrasi serta data kesehatan lingkungan rumah sakit.
10. Formulir RL6 memuat data infeksi nosokomial di rumah sakit.
Frekuensi dan Periode Laporan
Frekuensi dan periode pelaporan disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan yaitu :
a. Data Kegiatan Rumah Sakit - Formulir RL1
Formulir RL1 dibuat setiap triwulan oleh masing-masing Rumah Sakit berdasarkan pencatatan harian yang dikompilasi setiap bulan. Data yang dilaporkan mencakup keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai dengan tanggal 30/31 bulan ketiga pada setiap triwulan yang bersangkutan.
b. Data Keadaan Morbiditas - Formulir RL2a, RL2b
Data morbiditas pasien rawat inap dan rawat jalan, dibuat setiap triwulan oleh masing-masing Rumah Sakit berdasarkan pencatatan harian yang dikompilasi setiap bulan. Data yang dilaporkan mencakup keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai dengan tanggal 30/31 bulan ketiga pada setiap triwulan yang bersangkutan.
c. Data Keadaan Penyakit Khusus - Formulir RL2a1, RL2b1 dan RL2c
Data keadaan penyakit khusus rawat inap dan rawat jalan dibuat setiap bulan serta data status imunisasi yang dilaporkan keadaan mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 30/31 setiap bulan yang bersangkutan. Laporan ini sebagai pelaksanaan laporan surveilans terpadu di rumah sakit.
d. Data Dasar Rumah sakit - Formulir RL3
Formulir RL 3 diisi satu kali dalam setahun. Data yang dilaporkan pada RL3 merupakan data dasar sesuai dengan keadaan pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya.
e. Data Keadaan Ketenagaan - Formulir RL4
Formulir RL 4 dibuat dua kali setahun. Data yang dilaporkan sesuai dengan keadaan pada tanggal 30 Juni dan tanggal 31 Desember.
f. Data Peralatan Medik Rumah Sakit dan Data Kegiatan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit - Formulir RL5
Formulir RL5 dibuat satu kali setahun, sesuai dengan keadaan pada tanggal 31 Desember.
g. Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit - Formulir RL6
Formulir RL6 dibuat satu kali sebulan, sesuai dengan keadaan pada tanggal 31 tiap bulannya.
7
D. Jadual Pengiriman
Agar data yang dikumpulkan dapat diolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan, maka pengiriman formulir standar yang telah diisi dari Rumah Sakit dilakukan paling lambat 15 hari sesudah jangka waktu data yang dilaporkan.
E. Saluran dan Mekanisme Pengiriman
a. Formulir standar (kecuali RL2.1, RL2.2, RL2.3, dan RL4a serta RL2a1, RL2b1 dan RL2c) dibuat dan dikirimkan ke Depkes RI cq. Ditjen Pelayanan Medik dengan alamat :
Bagian Program dan Informasi Pelayanan Medik
Dit. Jen. Pelayanan Medik Depkes R.I.
Jl. HR Rasuna Said Kav.X5 No. 4-9
Kuningan, Jakarta Selatan
Lantai 1, Ruangan 111
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik telah mengemas form Sistem Informasi Rumah Sakit kedalam website Ditjen Bina Pelayanan Medik sehingga dapat di download oleh user pada alamat www.yanmedik-depkes.net/sirs.
b. Selain itu laporan tersebut juga dikirimkan kepada semua instansi kesehatan di daerah dan untuk arsip Rumah Sakit yang bersangkutan sebagai berikut :
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3) Bagi Rumah Sakit yang tidak diselenggarakan oleh Depkes/Pemda satu eksemplar laporan dikirimkan kepada pemilik/penyelenggara Rumah Sakit yang bersangkutan.
4) Arsip Rumah Sakit
c. Khusus formulir individual pasien rawat inap dan ketenagaan (RL2.1, RL2.2, RL2.3) dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
d. Khusus untuk RL4a hanya untuk Rumah Sakit Umum dan Khusus dengan status kepemilikan Depkes RI.
F. Prosedur
Setiap Rumah Sakit yang tercatat di Depkes RI wajib mengikuti Sistem Informasi Rumah Sakit yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur sebagai berikut :
a. Setiap Rumah Sakit harus mempunyai surat izin penyelenggaraan Rumah Sakit (tetap/sementara) dari Dinas Kesehatan atau Depkes RI atau surat penetapan sebagai Rumah Sakit dari instansi yang berwenang.
b. Surat izin penetapan Rumah Sakit dikirimkan ke Direktorat Jenderal Pelayanan Medik untuk mendapatkan nomor kode Rumah Sakit sebagai identitas dari Rumah
8
Sakit yang bersangkutan. Setiap Rumah Sakit yang telah mempunyai nomor kode berarti telah tercatat di Depkes RI.
c. Nomor kode Rumah Sakit ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI, dan disampaikan ke Rumah Sakit yang bersangkutan, dengan tembusan dikirim ke Kantor Dinas Kesehatan Propinsi atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Untuk mendapatkan gambaran tentang fasilitas Rumah Sakit tersebut maka setiap tahun Rumah Sakit diminta untuk mengisi formulir RL3, dan mengirimkan ke Depkes dan instansi yang telah ditetapkan dalam saluran pengiriman data.
e. Pengiriman formulir standar sesuai dengan periode dan jadual yang telah ditetapkan, sebagaimana tergambar dalam Resume Sistem Informasi Rumah Sakit.
Manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit :
a. Manfaat Umum
Memberikan nilai tambah dengan meningkatkan:
• Efisiensi
• Kemudahan
• Standard praktek kedokteran yang baik dan benar
• Dokumentasi yang Auditable dan Accountable
• Mendukung Pemasaran Jasa RS: Mutu, kecepatan, kenyamanan, kepastian, biaya, bahkan gengsi pelayanan
• Meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen rumah sakit
• Mendukung koordinasi antar bagian dalam rumah sakit
• Meningkatkan akses dan pelayanan rumah sakit terhadap berbagai sumber daya, antara lain mitra usaha potensial seperi Pedagang Besar Farmasi, JAMSOSTEK, Instansi/Perusahaan pemberi jaminan karyawannya, ASKES, dll
• Meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit:
1. Setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya;
a. Fungsi Pelayanan dan Informasi
9
b. Fungsi Perawatan (medical care)
c. Fungsi Penunjang/Supporting
d. Fungsi Administrasi dan Keuangan
e. Fungsi Pengawasan, dll
2. Mendukung kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar bagian / unit dalam rumah sakit.
Contoh:
1. Unit Registrasi dengan Unit RM dalam hal Petugas RM dapat mengetahui secara real time pasien yang mendaftar di bag Registrasi.
2. Unit Registrasi dengan Unit Rawat Jalan.
3. Koordinasi antara Unit Rawat Jalan / Rawat Inap dengan Unit Apotik/Farmasi dalam hal Resep Online dan informasi lainnya.
4. Koordinasi antara Unit Rawat Jalan / Rawat Inap dengan Unit Laboratorium, Radiologi, IBS, Gizi, Farmasi, dan Keuangan dan sebaliknya
• Meningkatkan pendapatan rumah sakit.
b. Manfaat Operasional
Kecepatan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS tersebut selesai diimplementasikan adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaaan tagihan kepada mitra/pihak ke-3, misalnya, memakan waktu sampai 1 bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIMRS hanya memakan waktu 1-2 hari saja. Kecepatan ini tentu saja membuat efektifitas kerja meningkat. Pada awal pemasangan SIM, ketika aliran kerja belum lancar, peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun
10
ketika komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukkan data dengan akurasi entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali dampak dari SIMRS terhadap kecepatan kerja.
Akurasi
Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data, apabila dulu dengan sistem manual orang harus mencek satu demi satu transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal tersebut cukup dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang dihasilkan oleh SIM. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi 2 kali pada hari yang sama, maka SIMRS akan menolaknya, SIMRS juga akan memberikan peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini menjaga agar user lebih teliti.
Integrasi
Hal lain yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja adalah integrasi data di setiap unit. Bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminstrasi dan menjamin konsistensi data. Ilustrasi pada awal makalah ini merupakan gambaran proses integrasi pada beberapa unit layanan di rumah sakit.
Peningkatan pelayanan
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detil sehingga memudahkan analisa mereka.
11
Peningkatan Efisiensi
Bila sebelumnya, beban pekerjaan lebih ke arah klerikal, sekarang beban
pekerjaan lebih ke arah analisa. Sebagai contoh, jika dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan, sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri. Selain itu, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
Tanpa SIM, perawat harus memasukan data standar asuhan keperawatan secara berulang-ulang dan sangat memakan waktu, tetapi dengan SIM, perawat hanya tinggal memasukan data diagnosa penyakit pasien, dan komputer yang akan mencetak laporan SAK untuk ditanda-tangani perawat.
Kemudahan pelaporan
Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun sangat penting. Dengan adanya SIM, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.
c. Manfaat Manajerial
Kecepatan mengambil keputusan
Dengan sistem manual, manajer seringkali mengambil keputusan berdasarkan informasi yang mungkin sudah tidak relevan lagi. Belum lagi jika yang dibutuhkan adalah trend berdasarkan selang waktu tertentu (harian/mingguan/dsb), ini mengakibatkan keputusan yang diambil belum tentu sesuai dengan kondisi nyata. Namun dengan SIM, informasi yang disajikan bersifat real time, bahkan kita dapat membuat tabulasi dari informasi
12
tersebut sehingga informasi yang kita dapat sudah sangat spesifik sesuai dengan kebutuhan kita.
Hal ini tentu saja meningkatkan kualitas keputusan kita, di samping tentu saja berkurangnya waktu untuk mengambil keputusan.
Akurasi dan kecepatan Identifikasi masalah
Karena laporan-laporan yang dihasilkan SIMRS memberi gambaran dari hari ke hari mengenai kinerja rumah sakit, maka jika ada hal-hal yang tidak normal dapat segera kita ketahui. Hal ini membuat identifikasi potensi masalah dapat dilakukan lebih dini, sehingga tindakan pencegahan atau penanggulangannya dapat segera disusun.
Kemudahan penyusunan strategi
Sejalan dengan identifikasi masalah di atas, kita pun dapat menyusun strategi ke depan berdasarkan data populasi, bukan lagi statistik, karena SIMRS mampu memberikan data populasi dengan selang waktu tertentu, bahkan menyajikan kecenderungan datanya kepada kita. Ini tentu saja semakin menajamkan strategi yang kita susun.
d. Manfaat Organisasi
Budaya Kerja
Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan hal-hal seperti itu, menjadi berubah.
Hal ini dapat terjadi karena integrasi SIMRS dengan seluruh unit layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan data pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin dapat memasukkan layanan kepada pasien tersebut, dan kasir pun tidak mungkin menerima pembayaran
13
dari pasien tersebut. Katakanlah semua unit sepakat untuk menangguhkan pemasukan datanya, maka keesokan harinya, manajer akan melihat penurunan trend pasien atau melihat ada pasien-pasien yang menggantung. Ada juga pengalaman menarik yang kami temukan dalam implementasi SIMRS di suatu Rumah Sakit, karena dasar perhitungan imbalan jasa medik untuk dokter dan perawat dihitung berdasarkan data transaksi yang ada di SIM, maka dokter yang berkepentingan dengan data tersebut menjadi supervisor data yang dimasukkan tanpa diminta. Implikasinya adalah, sedikit sekali data yang salah dimasukkan.
Transparansi
SIMRS sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-data yang digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu kendali. Misalnya untuk data tarif tindakan, unit layanan tidak boleh dan tidak bisa memasukkan atau mengubah tarif yang ada, data yang mereka masukkan hanya layanan yang diberikan kepada pasien sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi, pendapatan setiap unit layanan terlihat dari laporan harian yang selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan demikian setiap orang dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.
Koordinasi antar unit (Team working)
Karena seringkali data yang digunakan oleh unit layanan tertentu adalah milik unit layanan yang lain, misalnya kode perusahaan pelanggan adalah milik keuangan yang digunakan secara intensif oleh medrec, maka ketika terjadi perubahan terhadap data tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya dengan unit yang terpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan maka dengan sendirinya akan terjadi kekacauan data referensi.
14
Pemahaman sistem
Apabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personel yang mengetahui atau perduli dengan proses yang terjadi di unit lain, maka dengan adanya SIMRS hal tersebut terjadi dengan sendirinya. Ini karena seringkali untuk memahami aliran data sampai datang kepada unitnya, melibatkan berbagai unit lain. Ketika terjadi kesalahan setiap user berusaha mencari tempat terjadinya kesalahan tersebut agar bukan unitnya yang disalahkan. Efeknya adalah mereka menjadi paham bagaimana sistem di rumah sakit tersebut bekerja.
Mengurangi biaya administrasi
Seringkali orang menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi meningkat. Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan sistem manual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian dianalisa, maka dengan SIMRS analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika sudah benar baru datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan yang cukup signifikan dalam jangka panjang. Implementasi SIMRS tentunya tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan semua pihak yang terkait serta political will dari pimpinan rumah sakit maupun pemilik RS / Pemerintah.
Apabila pekerjaan pengembangan SIMRS tersebut akan diserahkan kepada konsultan, maka kewajiban dan tanggung-jawab konsultan sebagai mitra kerja RS adalah harus secara profesional memberikan data dan analisa yang obyektif dan berupaya maksimal untuk keberhasilan implementasi SIMRS.
15
Macam – Macam Sistem pada Sistem Informasi Rumah Sakit :
» Sistem Informasi Resep
Suatu konsep yang mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan suatu informasi dari dokter kepada apotiknya mengenai informasi resep yang diberikan dari dokternya kepada pasien.
Awalnya pasien menunggu dokter yang telah memeriksanya untuk mendapatkan resep yang telah ditulisnya.Lalu pasien membawa resep yang telah diberikan oleh dokter untuk dibawa ke apotik. Proses ini sangat memakan waktu yang cukup lama, karena pasien harus menunggu dokter untuk menulis resepnya dan mengantarkan resep tersebut kepada apotik untuk ditebus resepnya. Layanan tersebut juga tidak memberikan kepuasan kepada pelanggannya atau customer satisfaction-nya rendah.
Untuk memotong proses yang dianggap boros dan tidak efisien tersebut, maka dibuatkanlah suatu Sistem Informasi Resep yang dapat mengurangi proses yang dianggap tidak efisien tersebut dan juga dapat meningkatkan kepuasan pasiennya tersebut.
» Sistem Pendaftaran Online
Suatu konsep yang mempunyai tujuan untuk mengurangi jumlah antrian pasien
yang datang untuk melakukan pendaftaran agar dapat mempermudah pasien dan
meningkatkan kepuasan pasien tersebut.
Pendaftaran yang sebelumnya dilakukan oleh pasien dengan harus datang ke rumah sakit tersebut dengan membawa berkas-berkas yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran tersebut. Pasien harus menunggu bila terdapat suatu antrian, sehingga ini sangat membutuhkan waktu lama untuk si pasien dalam melakukan pendaftaran. Lalu pasien menyerahkan berkas-berkas yang diperlukan
kepada petugas dan harus menunggu lagi untuk mendapatkan kartu pendaftarannya.
16
Dengan dibuatkannya suatu Sistem Pendaftaran Online, maka proses yang dianggap tidak efisien ini dapat dihilangkan dan dapat dipermudah dengan dilakukan secara online tersebut. Hal ini juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dalam melakukan proses terhadap rumah sakit tersebut. Dengan adanya system ini juga maka Rumah Sakit dapat menjangkau pelanggan dari seluruh tempat dan lebih banyak.
» Sistem Booking Online
Suatu konsep yang mempercepat suatu proses informasi yang didapat oleh pasien dalam memesan dokter dan tempat dalam memeriksa pasien.
Proses pesan waktu dan dokter yang akan memeriksa pasien dengan harus datang ke Rumah Sakit dan menanyakan jadwal dokter serta menunggu bila sedang antri adalah suatu proses yang dilakukan oleh pasien sebelumnya. Pasien harus datang ke Rumah Sakit dan menanyakan jadwal dokter, bila ternya tidak ada yang kosong maka pasien harus pulang kembali. Proses ini sangat tidak menguntungkan pasien, karena pasien sudah membuang waktu dan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan serta kepuasan pasien pun berkurang terhadap layanan rumah sakit tersebut.
Sistem Booking Online dibuat dengan tujuan untuk mempercepat proses dalam
mendapatkan informasi serta dapat mempermudah dalam melakukan penjadwalan dokter dengan pasiennya. Dengan system ini pasien dapat mudah dalam mengambil keputusan untuk melakukan agenda rutinnya untuk pemeriksaan di rumah sakit.
Sistem Informasi Rumah Sakit Ideal
Sistem Informasi Rumah Sakit Ideal dalam hal ini adalah optimal sesuai kebutuhan rumah sakit, secure dalam penanganan data, dan tidak melampaui batasan-batasan hukum Indonesia, cukup. Sekilas Berbagai macam solusi telah banyak ditawarkan oleh software house (vendor) untuk menghandle dan mengolah data dan informasi
17
yang ada di rumah sakit. Dari sistem yang close sampai yang open, dari sistem yang hanya menghandle transaksi penerimaan pasien sampai yang dapat meminimalisir penggunaan kertas, dari yang berharga jutaan sampai angka yang terpisah tiga titik, dari yang user friendly sampai yang sulit diaplikasikan di lapangan. Pembuatan sistem informasi rumah sakit dapat dilihat dari berbagai sudut. Bisa dilihat dari sudut administratif yang menghandle data-data pasien, transaksi dsb, atau bisa juga dari sudut pasien yang cenderung ke pelayanan kesehatan dengan menambahkan teknologi sebagai alat komunikasinya. Hadirnya teknologi 3G akan memperkaya kemampuan sistem, dari IT (Information Technology) menjadi ICT (Information and Communication Technology), kira-kira orang bilang seperti itu.
Kebutuhan Pasien
Harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya service yang cepat dan nyaman. Tingkat mobilitas pasien yang tinggi menuntut adanya komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien dan institusi kesehatan, yang kemudian antara pasien dengan dokter. Hal ini sebenarnya bisa menggunakan fasilitas telepon, atau biar lebih keren, bisa menggunakan teleconference. Tidak perlu mendebatkan alat komunikasi mana yang lebih cocok, yang terpenting adalah pendokumentasiannya.
Kebutuhan Pihak Rumah Sakit
Jika dilihat dari sudut pandang user, dalam hal ini adalah pihak rumah sakit, mereka tentu menginginkan sebuah sistem yang ideal, istimewa, dapat menghandle semua transaksi yang ada, sehingga tak ada kata ‘terlambat’ pada pembuatan laporan masing-masing pelayanan ataupun pada pengiriman Rekap Laporan (RL 1 – 6) ke dinas kesehatan setempat oleh Sub-bagian Rekam Medis, bahkan mungkin, poli tak perlu lagi melakukan sensus harian, karena setiap laporan akan tercetak otomatis atau terkirim otomatis. Jika benar-benar diaplikasikan, maksud saya ‘SDM pihak rumah sakit bersedia menggunakan sistem yang ada dan sistem tersebut benar-benar BENAR’, jelas akan banyak mengurangi beban kerja semua komponen di rumah sakit itu sendiri, atau mungkin, malah menambah beban kerja perawat dalam
18
menginput hasil pemeriksaan ke sistem. Pada akhirnya semua tergantung desain sistem itu sendiri yang dibatasi oleh kemampuan user dalam mengoperasikan sistem, hal-hal yang berhubungan dengan hukum Indonesia yang menyangkut autetikasi dsb, atau juga kemampuan pengembang dalam membuat sistem yang sesuai dengan permintaan user.
Kemampuan Pihak Pengembang
Sampai saat ini, sudah banyak pihak pengembang yang menawarkan berbagai macam solusi untuk kebutuhan sistem informasi rumah sakit. Dari perorangan sampai yang bermain dibelakang badan usaha (CV/ PT). Kelemahan pengembang adalah ‘belum mengetahui rumah sakit’ itu sendiri. Karena kebanyakan pengembang adalah lebih dulu menguasai komputer daripada sistem rumah sakit, sehingga perlu adanya penghubung antara pihak pengembang dan rumah sakit. Istilah kerennya ‘System Analyst’, orang yang tahu tentang rumah sakit dan sistem yang akan dibuat. Bukan bermaksud iklan, tapi sejauh yang saya ketahui, orang-orang rekam medis (apalagi rekam medis UGM, halah) adalah yang cukup tahu tentang administrasi rumah sakit dan sedikit banyak tahu tentang per-komputer-an. Namun tidak menutup kemungkinan dokter ataupun perawat.
Batasan sistem
Sekedar menyampaikan informasi mengenai seminar standar pertukaran data rekam medis elektronik yang akan diselenggarakan pada Jumat, 8 Juli 2011 di RSCM. Seminar ini bertujuan untuk mengenalkan serta meningkatkan pemahaman kita mengenai standar pertukaran data (termasuk HL7) dalam pelayanan kesehatan. Seminar ini akan menghadirkan pembicara dari Kemenkes, RSCM, UGM serta Graduate Institute of Biomedical Informatics, Taipei Medical University. Brosur seminar dapat diunduh di http://anisfuad.blog.ugm.ac.id/files/2011/06/HL7seminar8JulyJakartaRSCM.jpg atau menghubungi panitia Yupitri Pitoyo, MD, ORL email: yupitrimd[at]yahoo[dot]co[dot]id
BalasHapus