Kapal layar Spanyol dan Portugis serta para pedagang Inggris
dan Belanda mengarungi lautan Sulawesi Selatan untuk menguasai rempah-rempah.
Mereka dikawal “prajurit perang” untuk bertahan dari serangan bajak laut Bugis
dan Makasar. Keduanya terkenal sebagai pelaut ulung dan bermata pencaharian di
laut.
Sejarah
Sejak awal abad ke-14, di wilayah terdapat beberapa kerajaan
dan yang paling terkenal adalah kerjaan Luwu, Gowa, Soppeng, Tallo, dan Bone.
Pengaruh budaya Eropa telah ada sejak abad ke-16, ketika
Portugis tiba di Makasar dan mencari dukungan dari raja Gowa.
Kerajaan Bone dan Gowa berperang tahun 1562 namun kemudian
sepakat berdamai. Setelah mengalami pergolakan melawan penjajah Belanda dan pendudukan
Jepang, Sulawesi Selatan akhirnya menjadi sebuah provinsi Indonesia tahun 1964.
Masyarakat dan Budaya
Orang Makasar dan Bugis adalah masyarakat yang religious,
kebanyakan masyarakatnya beragama Muslim yang taat. Masyarakat Bugis adalah
salah satu pelaut terbaik di dunia. Pelaut-pelaut Bugis, Bajau, Buto, dan
Makasar telah melakukan perdagangan dengan negara-negara tetangga, dan yang
paling menonjol dengan masyarakat Aborigin Australia selama ratusan
tahun.
Terlindung
aman di luar gunung tinggi dan tebing batu granit, inilah tempat dimana
masyarakat Toraja tinggal, di sebuah lembah subur dengan terasering sawah
menghijau dan perkebunan kopi yang subur. Inilah salah satu tempat terindah di
Indonesia yang menyimpan daya magis dalam kultur extravaganza Tana Toraja serta
bebatuan megalitik Lore Lindu.
Pesonanya
terkuak ketika tengkorak-tengkorak manusia menunjukan kemisteriusannya kepada
Anda juga puluhan kerbau dan babi yang pasrah disembelih untuk upacara kematian
demi sebuah ritus ‘Orang
Mati yang Hidup’ .
Di
sinilah Anda dapat melihat situs makam pahat di Lemo, makam goa purba di Londa,
menhir di Rante Karassik, dan perkampungan Kete Kesu unik. Semuanya
terpeliharanya dalam bingkai adat budaya karena masyarakatnya sangat
menghormati leluhur dengan tetap menjaga eksistensi pekuburannya.
Tahun
2004, berkat kekayaan budayanya, Tana Toraja dimasukkan dalam daftar sementara
warisan budaya dunia oleh UNESCO (Inscription
World Heritage-C1038). Menyambut hal ini masyarakat Toraja
menggelar upacara Pesta Toraja (Toraja
Fiesta) di pasar seni Rantepoa, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi
Selatan. Acara tersebut menyuguhkan serangkaian tarian dan atraksi dari 15
kecamatan di Tana Toraja. Toraja Fiesta adalah salah satu perwujudan Rambu
Tuka’, ungkapan kegembiraan
Ketika
Anda pergi ke dataran tinggi Tanah Toraja maka bersiaplah terpesona keindahan
alamnya yang menakjubkan. Di saat yang sama ada daya tarik dari masyarakatnya
telah mempertahankan kepercayaan dan tradisi mereka dalam siklus kehidupan yang
kekal dan kematian di Bumi.
Jalan
dari Makassar ke Toraja sepanjang pantai sekitar 130 km kemudian berakhir
di pegunungan. Setelah masuk ke Tana Toraja di pasar Mebali maka Anda
akan memasuki pemandangan luar biasa berupa batu granit abu-abu dan pegunungan
biru. Keindahan ini sempurna dalam balutan kontras tumbuhan hijau.
Di
sini, bangsawan Toraja diyakini keturunan dewa yang turun dengan tangga surgawi
untuk tinggal di Bumi dengan alamnya yang indah ini.
Untuk
menjaga kekuatan tanah dan rakyatnya, masyarakat Toraja percaya bahwa tanah ini
harus dipertahankan melalui ritual untuk merayakan mereka hidup dan yang telah
mati, melekat saat musim taman. Di Toraja kehidupan secara ketat dipisahkan
dari upacara kematian.
Toraja
terkenal dengan upacara kematian yang dapat berlangsung selama berhari-hari
melibatkan seluruh penduduk desa. Tidak hanya pada saat berkabung tetapi juga
untuk acara hiburan dan persaudaraan komunitas yang ada.
Upacara
kematian, diadakan setelah musim panen selesai. Biasanya antara bulan Juli dan
September. Sementara upacara kehidupan digelar saat musim tanam di bulan
Oktober. Saat itu penguburan tidak di lakukan dengan segera tetapi ditunda
selama beberapa bulan bahkan kadang bertahun-tahun, disimpan di rumah khusus
hingga waktu yang tepat dan tersedianya dana.
Anda
yang datang ke Toraja tertarik pada keunikan budaya juga pada ritualnya.
Berpusat pada upacara penguburan dan kuburannya. Sementara yang lainnya memilih
untuk melakukan trekking ke pedesaan sekitar Toraja yang
hampir tak tersentuh. Mencumbu desa-desa terpencil atau berarung jeram di
Sungai Sa'dan.
Ibu
kota Toraja adalah Makale tetapi pengunjung biasanya pergi ke kota Rantepao,
sebuah jantung Tana Toraja.
Kuliner
Sulawesi Selatan merupakan surga bagi pecinta kuliner. Mulai
dari seafood, Chinese foodatau makanan yang paling terkenal
yaitu soto makasar. Sop saudara mirip dengan soto tapi rasanya lebih tawar daripada. Konro juga salah satu makanan khas
Sulawesi Selatan yang terkenal lezat.
Untuk cemilan, Anda mungkin ingin mencoba jalangkote, sejenis kue kering dengan isi yang
lezat dan dimakan dengan saus cabai. Untuk makanan penutup, cobalah pisang epe, yaitu pisang yang
disiram saus gula merah, biasanya dicampur nangka atau durian. Es palung butu, terbuat dari irisan pisang, es batu, santan,
dan sirup merah, rasanya segar dan lezat. Pisang hijau adalah pisang yang dilapisi adonan terigu dan
daun pandan, Dipotong lalu disiram sirup cocopandan.
Ada banyak restoran di
tempat wisata dan warung di sepanjang jalan. Lebih baik bawalah makanan sendiri
ketika berpergian. Apabila Anda datang bersama agen perjalanan maka akan dibawa
ke restoran atau makanan bungkus di bus.
Menu
khas makanan Toraja yang dapat Anda cicipi adalah pakpiong
ayam, sayur daun ubi yang di tumbuk, sate keong, puding labu
dan banyak menu khas lainnya yang khas dengan menggunakan media alas daun
pisang. Pa'piong
yaitu masakan tradisional Toraja yang dimasukkan ke dalam bambu berisi daging
babi, daging kerbau, daging ikan mas. Namun, dagingnya tidak dicampur satu
dengan yang lain tetapi dicampur dengan sayur dan bumbu. Sayurnya (utan bulunangko) atau sayur mayana yang kadang
menggunakan buah nangka muda atau batang pisang. Bumbu sayur dicampur dengan
garam, jahe, daun bawang dan cabe. Kadang juga daging babi, daging ayam, ikan
mas atau daging kerbau ditambahkan darahnya dicampur baik daging yang sudah di
potong kecil, sayur, dan bumbu. Setelah semuanya tercampur rata, lalu
dimasukkan ke dalam tabung-tabung bambu muda yang sudah dipotong sepanjang
ruasnya. Selanjutnya, bambu ditutup remasan daun pisang lalu dibakar langsung
di atas perapian dengan kayu yang agak sulit terbakar dibentangkan melintang
dan kedua ujungnya ditopang untuk menyandarkan bambu tersebut.
Tak
lengkap jika Anda berkunjung ke Tana Toraja tanpa menikmati kopi toraja. Kopi
toraja adalah satu minuman yang dicari oleh setiap orang yang berkunjung ke
Toraja. Kopi Toraja sangat terkenal dan telah mendunia dikalangan pecinta kopi.
Kopi toraja merupakan jenis kopi arabika (Cofeea
arabica) yang dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 700 - 1.700 m
dpl, dengan suhu rata-rata 16 - 20 °C beriklim kering selama 3 bulan per tahun
berturut-turut.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar